Cara Mengendalikan Emosi Wanita
"Dan bergaullah bersama mereka (isteri / pasangan yang sah) dengan cara yang patut (yang diridhai oleh Allah). Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka kamu bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak."(Surat An-Nisa : Ayat 19).
Bila pakar merasa kesulitan dalam memahami hakekat manusia, seperti diungkapkan Dr. Alexis Karel pada bukunya Man is The Unknown, manusia kebanyakan lebih sulit memahami jiwa seorang wanita aktualisasi emosinya seperti gelas kristal, indah akan tetapi mudah pecah.
Dalam bahasa Arab perempuan / wanita sering disebut al-jins al-lathif (jenis yang sangat lembut). Dikaitkan dengan dinamika kejiwaan serta relung emosional dan perasaannya.
Emosi Wanita yang ‘khas’ merupakan kelebihan dan kekurangan wanita, sehingga wanita sering salah paham serta sulit dalam memahami dirinya sendiri, apalagi untuk mengendalikan serta mengelola emosi yang dimilikinya secara baik. Padahal kata wanita pada bahasa Jawa sendiri adalah kependekan dari kata wani ditata yang berupa berani ditata / dikelola.
Sementara itu para manusia dasarnya sudah merasakan kodrat hidup serta bisa menangkap adanya sesuatu fitrah maupun takdirnya, sebagaimana diungkapkan pada surat al-Qiyamah : ayat 14. "Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri."
Namun manusia lebih suka mencari sebuah jati diri diluar dirinya serta cenderung mencari kambing hitam untuk menutupi atau membodohi dirinya sendiri. Allah SWT mengingatkan manusia agar melihat kedalam dan jujur dengan diri sendiri sehingga bisa mengelola kekurangan serta kelebihannya secara optimal tanpa usaha manipulasi atau distorsi. Dalam Surat Adz-zariyat : Ayat 21 Allah SWT berfirman: Dan pada dirimu sendiri, apakah kamu tidak memperhatikan?
Dr. Frederick, tabiat serta keadaan psikis wanita mengalami proses yang stagnasi. Seandainya wanita tidak mempunyai emosi serta kemanjaan anak-anak, sulit baginya unttuk menjadi sseorang ibu yang baik. Wanita dapat dipahami anak-anak dikarenakan perasaannya mengandung sifat yang kekanak-kanakan. Bahkan, Dr.Frederick berpendapat: di dalam perkembangannya wanita cenderung memiliki sifat kekanak-kanakan.
Wanita banyak menggunakan perasaan, praduga dan emosi daripada rasio. Wanita terkondisikan untuk bersikap pasif dari pada aktif, dia bersikap pasrah dari pada sifat menguasai. Dan Wanita memiliki kodrati tercipta untuk berada lebih dekat dengan anak dan suami sehingga dia adalah titik sentral untuk menjaga keharmonisan anggota keluarga.
Maka jika seorang suami mampu memahami isteri, dia akan mendapat kesenangan yang dimiliki isteri. Sebaliknya, jika dia tidak bisa memahami isterinya, bisa jadi dia menghancurkan keluarga yang telah dibangunnya. Karena itulah Nabi Muhammad saw selalu mengingatkan para suami untuk membimbing, mendampingi dan tidak mudah dalam menjatuhkan hukuman untuk isteri hanya karena sebuah sifat jelek yang dimilikinya karna suami pun demikian.
Pembelaan Islam Terhadap Wanita
Rahmat Islam dalam menyentuh wanita serta melindunginya dari kesewenangan para pria. Islam mengajarkan tentang posisi dan jati diri dari wanita agar bisa melakukan tugasnya dengan baik. Seorang Wanita dituntut untuk menjaga dan mengelola nilai-nilai dari kewanitaannya dengan baik dan benar.
Apabila fenomena serta realitas kewanitaan dipungkiri akan terjadi disharmoni pada kehidupan keluarga bahkan kehidupan bermasyarakat.
"Sesungguhnya kaum wanita itu adalah saudara kaum pria, maka sayangilah mereka sebagaimana kalian menyayangi diri kalian sendiri." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Syariat Islam mempelopori kesetaraan gender dengan menjadikan Perempuan sebagai mitra dari suami dalam mengelola keluarga dan kehidupan bermasyarakat.
Kemampuan dalam memahami serta mengelola emosi dalah kunci cinta kasih suami istri untuk menjadi keluarga sakinah. Tuhan menumbuhkan cinta suci pada hati suami-isteri sehingga mendorong mereka untuk menunaikan hak serta kewajiban masing-masing tanpa ada paksaan. Nabi Muhammad saw pernah mengungkapkan kenangan cinta yang dirasakannya pada Khadijah, "aku sungguh telah mendapatkan cinta sucinya." (Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim).
Agar ‘Gelas kristal’ yang kita miliki tetap indah, bening serta berkilau maka diperlakukan kelembutan dalam menjaganya. wajib bagi Pria untuk mempergauli isteri secara baik, yaitu menemani hidup serta mempergauli mereka secara ma’ ruf dan tidak melanggar syariat, tradisi dan kesopanan. Para Suami yang mempersempit nafkah, menyakiti fisik serta perasaan pasangan yang telah menjadi istrinya dengan perbuatan dan perkataan yang kurang berkenan, bersikap dingin dan masam, semua sifat itu tidak termasuk dalam pergaulan yang ma’ ruf (baik). Seperti sabda Rasulullah saw:
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya (keluarganya) dan aku adalah sebaik-baik orang terhadap isteriku (keluargaku)." (HR. Ibnu Majah).
Manajemen Emosi, Bukan Tidak Memiliki Perasaan
Manajemen Emosi, Bukan Tidak Memiliki Perasaan
Manajemen emosi berarti bersifat sabar atas semua tabiat, keadaan kodrati dan perilaku pasangan, dengan tetap mendidik dengan ihsan sehingga menghasilkan cinta yang tulus. Kebajikan tumbuh dari niat yang ikhlas agar memproleh timbal balik yang tulus.
Kebahagiaan dan Kebaikan pasangan tidak dijamin dengan materi. Perlakuan serta sikap simpatik akan lebih efektif merebut hati wanita / pasangan sehingga akan timbul saling memaklumi atas kekurangan yang dimilikinya.
"Sesungguhnya kalian tidak akan bisa memuaskan orang hanya dengan harta kalian, namun kalian akan bisa memuaskan orang dengan tatapan simpatik dan akhlak baik."
Keahlian manajemen emosi bisa dilihat pada perilaku serta pola hubungan suami istri di zaman rasulullah saw. Ketika Aisyah jengkel kepada Nabi, hanya diekspresikan dengan perubahan gaya bahasa. Nabi pun peka terhadap ketidaksukaannya dan menyikapinya dengan penuh kesabaran. Nabi Muhammad adalah manusia yang paling tahu pasangannya ketika sedang marah, emosi atau sedang bahagia.
Manajemen emosi tidak mematikan perasaan, karna Wanita harus bersikap komunikatif, ekspresif dan proaktif, baik terhadap suami atau keluarga sehingga terciptakan komunikasi yang baik dan sehat. Disinilah diperlukan kearifan wanita / istri untuk tidak memancing atau membangkitkan ego dan emosi dari suami. Agar dia tak sampai memakai kekerasan akibat kemarahannya.
Pribadi seseorang yang shalihah bisa mengelola emosi menjadi potensi yang membangun bukan untuk merusak, mengokohkan bukan untuk merobohkan dan mudah toleransi serta memaafkan orang lain. Sifat ini adalah salah satu kunci kebaikan, kebahagiaan dan kelestarian dalam rumah tangga.
"Dan orang-orang yang menahan amarah (emosi)nya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Surat Ali Imran : Ayat 134).
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
daftar disini untuk berlangganan gratis melalui email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di See Look Book GRATIS 100%
0 komentar:
Posting Komentar