Bila pakar merasa kesulitan dalam memahami hakekat manusia, seperti diungkapkan Dr. Alexis Karel pada bukunya Man is The Unknown, manusia kebanyakan lebih sulit memahami jiwa seorang wanita aktualisasi emosinya seperti gelas kristal, indah akan tetapi mudah pecah.
Emosi Wanita yang ‘khas’ merupakan kelebihan dan kekurangan wanita, sehingga wanita sering salah paham serta sulit dalam memahami dirinya sendiri, apalagi untuk mengendalikan serta mengelola emosi yang dimilikinya secara baik. Padahal kata wanita pada bahasa Jawa sendiri adalah kependekan dari kata wani ditata yang berupa berani ditata / dikelola.
Sementara itu para manusia dasarnya sudah merasakan kodrat hidup serta bisa menangkap adanya sesuatu fitrah maupun takdirnya, sebagaimana diungkapkan pada surat al-Qiyamah : ayat 14. "Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri."
Dr. Frederick, tabiat serta keadaan psikis wanita mengalami proses yang stagnasi. Seandainya wanita tidak mempunyai emosi serta kemanjaan anak-anak, sulit baginya unttuk menjadi sseorang ibu yang baik. Wanita dapat dipahami anak-anak dikarenakan perasaannya mengandung sifat yang kekanak-kanakan. Bahkan, Dr.Frederick berpendapat: di dalam perkembangannya wanita cenderung memiliki sifat kekanak-kanakan.
Wanita banyak menggunakan perasaan, praduga dan emosi daripada rasio. Wanita terkondisikan untuk bersikap pasif dari pada aktif, dia bersikap pasrah dari pada sifat menguasai. Dan Wanita memiliki kodrati tercipta untuk berada lebih dekat dengan anak dan suami sehingga dia adalah titik sentral untuk menjaga keharmonisan anggota keluarga.
Maka jika seorang suami mampu memahami isteri, dia akan mendapat kesenangan yang dimiliki isteri. Sebaliknya, jika dia tidak bisa memahami isterinya, bisa jadi dia menghancurkan keluarga yang telah dibangunnya. Karena itulah Nabi Muhammad saw selalu mengingatkan para suami untuk membimbing, mendampingi dan tidak mudah dalam menjatuhkan hukuman untuk isteri hanya karena sebuah sifat jelek yang dimilikinya karna suami pun demikian.
Pembelaan Islam Terhadap Wanita
Apabila fenomena serta realitas kewanitaan dipungkiri akan terjadi disharmoni pada kehidupan keluarga bahkan kehidupan bermasyarakat.
"Sesungguhnya kaum wanita itu adalah saudara kaum pria, maka sayangilah mereka sebagaimana kalian menyayangi diri kalian sendiri." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Syariat Islam mempelopori kesetaraan gender dengan menjadikan Perempuan sebagai mitra dari suami dalam mengelola keluarga dan kehidupan bermasyarakat.
Kemampuan dalam memahami serta mengelola emosi dalah kunci cinta kasih suami istri untuk menjadi keluarga sakinah. Tuhan menumbuhkan cinta suci pada hati suami-isteri sehingga mendorong mereka untuk menunaikan hak serta kewajiban masing-masing tanpa ada paksaan. Nabi Muhammad saw pernah mengungkapkan kenangan cinta yang dirasakannya pada Khadijah, "aku sungguh telah mendapatkan cinta sucinya." (Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim).
Agar ‘Gelas kristal’ yang kita miliki tetap indah, bening serta berkilau maka diperlakukan kelembutan dalam menjaganya. wajib bagi Pria untuk mempergauli isteri secara baik, yaitu menemani hidup serta mempergauli mereka secara ma’ ruf dan tidak melanggar syariat, tradisi dan kesopanan. Para Suami yang mempersempit nafkah, menyakiti fisik serta perasaan pasangan yang telah menjadi istrinya dengan perbuatan dan perkataan yang kurang berkenan, bersikap dingin dan masam, semua sifat itu tidak termasuk dalam pergaulan yang ma’ ruf (baik). Seperti sabda Rasulullah saw:
Manajemen Emosi, Bukan Tidak Memiliki Perasaan
Keahlian manajemen emosi bisa dilihat pada perilaku serta pola hubungan suami istri di zaman rasulullah saw. Ketika Aisyah jengkel kepada Nabi, hanya diekspresikan dengan perubahan gaya bahasa. Nabi pun peka terhadap ketidaksukaannya dan menyikapinya dengan penuh kesabaran. Nabi Muhammad adalah manusia yang paling tahu pasangannya ketika sedang marah, emosi atau sedang bahagia.
Manajemen emosi tidak mematikan perasaan, karna Wanita harus bersikap komunikatif, ekspresif dan proaktif, baik terhadap suami atau keluarga sehingga terciptakan komunikasi yang baik dan sehat. Disinilah diperlukan kearifan wanita / istri untuk tidak memancing atau membangkitkan ego dan emosi dari suami. Agar dia tak sampai memakai kekerasan akibat kemarahannya.
Pribadi seseorang yang shalihah bisa mengelola emosi menjadi potensi yang membangun bukan untuk merusak, mengokohkan bukan untuk merobohkan dan mudah toleransi serta memaafkan orang lain. Sifat ini adalah salah satu kunci kebaikan, kebahagiaan dan kelestarian dalam rumah tangga.
"Dan orang-orang yang menahan amarah (emosi)nya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Surat Ali Imran : Ayat 134).
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.